
Seorang anak kecil memasuki sebuah TOSERBA (toko serba ada). Di sana banyak sekali mainan untuk anak-anak kecil, orang dewasa hingga barang-barang yang mahal. Sang pemilik toko memperhatikan anak itu dan mengajaknya berbicara.
“Apa kau menginginkan salah satunya?” tanya pemilik toko kepada anak kecil yang melihat-lihat mainan.
“Tentu saja.”
“Kau boleh mengambilnya. Ada lagi yang kau mau?”
Anak itu kemudian berlari mendekati sebuah mantel berbulu, “Aku mau ini untuk ibuku.”
“Kau bisa memilikinya tapi harus memilih salah satu antara mainan kesukaanmu atau mantel ini.”
Anak itu terlihat sangat sedih dan kemudian meletakkan mainannya, “Aku lebih memilih mantel ini dari pada mainanku. Ibuku seringkali kedinginan ketika pulang bekerja. Aku akan memberikan ini padanya agar tubuhnya tetep hangat.”
“Jika itu pilihanmu, maka kau bisa membawa pulang keduanya.”
Anak itu sungguh terkejut lalu menangis. Kasih kepada ibunya rupanya membuahkan bonus untuk dirinya sendiri. Sejak saat itu ia mulai mementingkan keluarganya barulah diriny sendiri sebab kasih dalam hatinya begitu besar.
Lalu bagaimana dengan kita? Masihkah kita memikirkan kepentingan orang lain terlebih dahulu daripada diri kita sendiri? Apakah saat keluarga kita benar-benar membutuhkan pertolongan kita lantas kita mengabaikannya?
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri
Filipi 2:3