Pada saat itu Raja Nebukadnezar sedang berusaha menyatukan berbagai bangsa yang berada di bawah kekuasaannya. Alat yang dipakai untuk itu adalah kesatuan agama atau kepercayaan, karena itu Ia membuat patung emas untuk disembah. Bagi bangsa-bangsa selain Yahudi, yang percaya kepada banyak dewa, hal itu bukan masalah. Mudah saja menjadikan patung emas sebagai salah satu dewa yang harus mereka sembah. Namun itu masalah besar bagi Israel. Israel hanya boleh menyembah Allah! Tak boleh yang lain! Karena itu Bagi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, menyembah patung bukanlah sebuah pilihan. Meski untuk itu mereka bukan hanya menghadapi resiko kehilangan jabatan, melainkan juga nyawa. Mendengar dan melihat pendirian ketiga orang Israel itu Raja Nebukadnezar menjadi murka. Titah yang dikeluarkan bagi yang tidak mau menyembah pantung emas buatannya adalah dilemparkan ke dalam perapian. Ancaman itu berlaku bagi ketiga pemuda itu, bahkan perapian itu dipanaskan tujuh kali lihat. Namun itupun tidak menggentarkan hati mereka, kepercayaan mereka kepada Tuhan tidak goyah, meskipun nyawa menjadi taruhannya.
Mari kita jadikan kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjadi pelajaran berharga bagi kita. Jika nyawa yang menjadi taruhannya saja mereka tidak kehilangan kepercayaan mereka terhadap Tuhan, apalagi bahaya-bahaya yang lain. Mari milikilah kepercayaan yang sama seperti yang dimiliki oleh mereka. Jangan pernah goyah dan berkompromi dengan dosa yang menyebabkan sakit hati Allah. Percayalah Tuhan akan membela umat-Nya yang sungguh-sungguh mempercayai-Nya.
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.
Daniel 3:17-18 (TB)