Hana adalah isteri sekaligus ibu rumah tangga yang mengalami pergumulan hidup yang berat, sekian waktu lamanya ia mengalami penderitaan batin. Ia menderita bukan karena persoalan ekonomi atau sakit-penyakit, tetapi karena batinnya tersiksa akibat hinaan sebab ia tidak punya anak, “…sebab TUHAN telah menutup kandungannya” (1 Samuel 1:5). Nama ‘Hana’ memiliki arti: ramah-tamah, pengampun atau pemaaf. Meski terus disakiti oleh Penina (madunya) Hana tak membalas perbuatan jahatnya atau melabrak orang yang telah menyakiti hatinya itu, melainkan ia pergi ke bait Tuhan dan mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Tuhan melalui doa. Pergumulan yang dialami Hana ini secara manusia sepertinya sudah tidak ada harapan, tidak ada jalan keluarnya, sebab pintu seolah-olah sudah tertutup rapat tiada celah. Meski demikian Hana bukanlah orang yang gampang frustrasi dan menyerah pada keadaan, ia tidak larut dalam keputusasaan dan keterpurukan. Ia menyerahkan seluruh beban hidupnya kepada Tuhan melalui doa yang tiada berkeputusan. Dengan hati hancur ia terus berseru-seru kepada Tuhan dan mengetuk pintu sorga.

Apa yang dilakukan Hana ini menjadi sebuah teladan bagi kita, karena di tengah situasi yang teramat sulit ia tidak berkeluh-kesah kepada manusia, tapi membawa pergumulan hidupnya kepada Tuhan, Sang Pemilik kehidupannya. Hana membuat keputusan hidup yang benar, yaitu datang ke alamat yang tepat. Percayalah Tuhan pasti turun tangan membela orang-orang yang berpengharapan dan tak menyerah pada keadaan!

“Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.”
1 Samuel 1:7