Penderitaan Salib bagi orang percaya harus selalu diingat dan dipahami sebagai karya terbesar dan terbaik bagi umat manusia. Melihat sejarah penyaliban, mungkin pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang Persia. Alexander Agung kemudian memperkenalkan bentuk hukuman itu di Mesir dan Kartago. Roma mengadopsi hukuman mengerikan itu dari orang-orang Kartago. Meskipun Roma bukan pencipta metoda ini, mereka telah menyempurnakan bentuk penyiksaan dan hukuman mati yang dirancang dengan sengaja untuk menghasilkan kematian yang lambat dengan rasa nyeri maksimum dan penuh penderitaan. Ini adalah salah satu metode eksekusi yang paling memalukan bagi orang dan keturunan yang mengalaminya sekaligus terkejam yang hanya diperuntukkan bagi budak, orang asing, pemberontak, penjahat dan pelaku kriminal berat. Mengingat beratnya penderitaan di salib, hukum Romawi bahkan menetapkan seperti apapun kejahatan yang dilakukan warganya, mereka dilindungi untuk tidak dihukum mati lewat salib, kecuali untuk satu perkara, yaitu berlaku bagi serdadu yang desersi.
Jika kita renungkan dosa apakah yang telah diperbuat Yesus, sehingga Ia harus mengalami hukuman dan penyiksaan yang paling mengerikan dan terkejam yang pernah ada dalam sejarah. Jawabannya: Yesus tidak pernah berbuat dosa, namun kitalah yang melakukan dosa itu, kita yang pantas dihukum, disiksa dan dipermalukan tapi Yesus mengambil hukuman itu ganti kita. Lalu mengapa masih ada orang yang malu menjadi pengikut Kristus, perbuatan apa yang Yesus lakukan sehingga kita malu mengakui-Nya. Mari kita renungkan pantaskah Yesus menerima semua perlakukan itu dan adilkah sampai saat ini nama-Nya masih terus dihujat akibat dari perbuatan kita.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Yesaya 53:5 (TB)