Sebuah Pertanyaan
Sebuah Pertanyaan

Sepulang dari kampus, Mei duduk di beranda rumahnya bersama sang ayah. Mei dan ayahnya kemudian berbincang sambil menikmati secangkir the ditemani kue buatan ibunya. Tidak lama kemudian ada seekor burung inggap di pagar rumahnya. Sang ayah pun bertanya kepada Mei, “Apa yang inggap di atas pagar itu Mei?”

Mei pun menjawab, “Burung merpati, Ayah.”

Ayah bertanya sekali lagi, “Apa yang inggap di atas pagar itu Mei?”

Dengan sabar Mei mengulangi jawabannya, “Burung merpati, Yah.”

Ayahnya terus menanyakan hal yang sama hingga sepuluh kali dan membuat Mei menjadi emosi. Mei kemudian menjawab dengan nada tinggi, “Burung merpati! Sudah sepuluh kali aku menjawanya namun ayah terus saja menanyakannya!” Ayah Mei menghela napas kemudian mengatakan sesuatu, “Saat usiamu menginjak 5 tahun, kau menanyakan hal yang sama sebanyak 20 kali dan ayah tidak menjawabnya dengan nada marah sebab ayah begitu menyayangimu.”

Ketidakpuasan akan sesuatu hal seringkali memicu sebuah kemarahan. Ketika seseorang tidak mampu untuk mengasihi maka kesabaran juga turut hilang dari hatinya. Coba kita berkaca pada diri kita sendiri, sudah seberapa seringkah kita kehilangan kesabaran ketika menghadapi orang-orang di sekitar kita? Adakah kemarahan kita menjadi berkat bagi mereka?

Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

Kolose 3:12