Salib adalah bentuk solidaritas Allah terhadap manusia. Allah tidak membiarkan manusia menderita sendirian. Paulus menuliskan bahwa penderitaan zaman sekarang ini yang harus ditanggung anak-anak Allah yang telah menerima karunia, Allah melalui Roh-Nya bergabung di dalam ratapan penderitaan manisa sebagai ciptaan, sehingga Roh itu “berdoa untuk kita kepada Allah dengan kelauhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Manusia dengan segala penderitaannya tidak dibiarkan Allah di muka bumi tidak dibiarkannya menjalani sendirian, bahkan mendapat kekuatan dan pengharapan di dalamnya. Melalui salib kita diingatkan bahwa Allah Allah telah lebih dulu merasakan penderitaan yang lebih berat melalui kematian anak-Nya. Penderitaan di kayu salib merupakan kisah atau peristiwa tentang Allah yang menanggungkan penderitaan dunia kepada diri-Nya sendiri.

Karena itu sungguh benar yang dikatakan firman Tuhan bahwa penderitaan yang kita alami sekarang ini adalah penderitaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan kita. Bahkan Allah melalui Roh-Nya turut bekerja bersama-sama dengan kita melalui permohonan yang tak putus-putus kepada Allah agar kita mendapat kekautan dan pengharapan baru di dalam penderitaan yang kita jalani di dunia ini. Karenanya jangan lagi mengeluh tentang penderitaan yang kita jalani, bersyukurlah sebab kita diberi anugerah Allah untuk turut merasakan penderitaan Salib yang telah ditanggung Yesus bagi kita.

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
1 Petrus 2:24a