
Saya mempunyai seorang teman yang sangat jarang pulang ke rumahnya. Teman saya merasa lebih nyaman untuk tinggai di luar rumah dari pada harus kembali berkumpul dengan keluarganya. Teman saya mengatakan bahwa di dalam rumahnya sana selalu terjadi pertikaian sehingga ia merasa lebih damai ketika berada jauh dari keluarganya.
Rumah yang tenang ada tempat yang paling cocok untuk seseorang pulang dan mengistirahatkan tubuhnya. Keluarga yang damai sejahtera akan membuat penghuni lainnya mendapatkan energi positif. Sedangkan rumah yang terlihat seperti neraka akan membuat banyak orang meninggalkannya.
Jadikan rumah kita menjadi rumah yang penuh berkat. Ketika pertiikaian terjadi, jangan pernah meninggalkan rumah tersebut, namun belajarlah untuk mengasihi dan memahami. Jadilah pendamai dan bangunlah rumah itu dengan doa bersama setiap paginya. Oleh sebab itu marilah membangun hubungan keluarga dengan memandang kepada Tuhan.
Ketika kita merasa lelah untuk memperjuangkan kehidupan kita, maka pulanglah pada hati kita, sebab di dalam hati kitalah Tuhan Yesus berada. Saat kita mulai berseru-seru, maka Tuhan akan menjawab dan memberikan pertolongan. Tuhan juga akan memberkati seluruh isi rumah kita.
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Mazmur 127:1