Memaknai Peristiwa di Taman Getsemani

Peristiwa ketika Tuhan Yesus berdoa seorang diri di taman Getsemani adalah peristiwa ketika Tuhan Yesus berada dalam kondisi yang sangat sedih dan gentar. Secara manusiawi Dia ingin dapat lepas dari tugas yang diemban namun kekuatan dan keteguhan hati-Nya mengalahkan ketakutan. Dia menyurutkan kehendak-Nya dan menempatkan kehendak Bapa di atasnya  karena kesadaran bahwa inkarnasi-Nya ke dunia adalah sebagai rencana Allah yang telah dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tiga kali berdoa yang sama di taman Getsemani menunjukkan ketekunan dan kesetiaan menjalin komunikasi dengan Bapa di sorga. Yesus menggunakan pola berdoa untuk menghadapi kematianNya, dalam ketekunan berdoa tiga kali. Di taman ini pula Tuhan Yesus secara bijak memahami kelemahan murid-murid-Nya yang meninggalkan-Nya berdoa seorang diri.

Melalui peristiwa ini Tuhan mengajarkan bahwa kehidupan orang percaya harus terus terhubung kepada Tuhan melalui ketekunan doa dan kesetiaan kepada firman Tuhan. Yesus berdoa seorang diri selama tiga kali menyiratkan kepada orang percaya untuk berdoa dalam roh, ketekunan, ketulusan dan bersifat pribadi. Keterhubungan dengan Tuhan yang terus terjalin akan membentuk sikap yang benar yaitu bersedia menyangkal diri demi terwujudnya kerajaan Allah, keteguhan hati untuk mengalahkan ketakutan, menempatkan kepentingan Tuhan di atas segala kepentingan diri, peduli kepada sesama dan bijak menerima kelemahan orang lain.

Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.
Markus 14:35 (TB)