Yudas datang mencium dan menyerahkan Tuhan Yesus untuk ditangkap. Dalam keadaan genting Yesus tetap tenang dan menguasai keadaan. Tuhan mampu mengatur sikap dan mengambil alih keadaan, supremasi-Nya terlihat. Dalam kesedihan dan kegentaran hati, Yesus harus berhadapan dengan Yudas murid yang mengkhianati-Nya, dengan orang-orang kejam yang menangkap-Nya dan murid-murid yang lain meninggalkan-Nya. Namun Dia justru mengambil alih situasi dengan menunjukkan kuasa dalam keberanian dan kelemahlembutan. Penguasaan diri dan kharisma yang sempurna.
Melalui peristiwa memberikan pendidikan kepada orang percaya untuk memiliki pola pikir yang benar, penguasaan diri, kelemahlembutan dalam segala situasi, memancarkan kebaikan dan kebijaksanaan. Kombinasi dari sikap-sikap tersebut melahirkan kondisi batin yang ihklas. Peristiwa ini secara jelas menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus memiliki keikhlasan hati yang sempurna untuk menerima segala perkara yang harus dijalani-Nya. Dalam hal ini orang percaya perlu meneladani sikap-Nya untuk selalu ikhlas secara tulus menerima setiap kondisi hidup yang Tuhan ijinkan terjadi tanpa penyesalan apapun di dalamnya.
dan segeralah ia maju mendapatkan Yesus: “Salam Rabi, lalu mencium Dia. Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Hai teman, untuk itukah engkau datang?”Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya.
Matius 26:49-50