Ada banyak orang mengalami tekanan mental yang benar dan memutusakan untuk mengakhiri hidupnya, atau ada yang berakhir di rumah sakit jiwa karena tidak sanggup menahan beratnya masalah yang dialaminya. Yesus pernah menderita kesedihan mental karena tugas yang dibebankan pada-Nya. Ia yang tidak peranh berbuat dosa, berada di dunia untuk menerima dosa seisi dunia. Tugas ini hanya dapat dilakukan oleh diri-Nya saja, tidak ada yang bisa menggantikan-Nya. Tugas itu adalah mati di atas kayu salib. Menanggung dosa seisi dunia bukanlah sebuah pengalaman yang mendatangkan sukacita, itu merupakan penghinaan terhadap sifat-Nya sebagai Allah. Yesus juga menderita karena Ia tahu bahwa Allah mampu melepaskan dari tugas yang dihadapi, sehingga Ia berdoa agar Bapa melepaskan Dia dari kematian itu–jika itu kehendak Bapa. Namun Ia belajar untuk taat dengan mempersembahkan nyawa-Nya sendiri sebab itulah kehendak Bapa.
Lalu mengapa banyak manusia menyerah dan mengakhiri hidup karena tekanan mental yang berat atau berakhir di rumah sakit jiwa? Mari belajar seperti Yesus untuk taat. Ketaatan kita yang akan membuat kita mampu menghadapi tekanan seberat apapun. Sama seperti Yesus, kehadiran-Nya dibumi adalah untuk menjalankan tugas dari Bapa. Demikian halnya dengan kita. Kita ada di dunia karena Allah memiliki tujuan. Karena itu mari kita fokus pada tujuan dan tugas kita. Apa yang menjadi kehendak Allah mari kita lakukan.
dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya
Ibrani 5:9