Banyak orang berasumsi bahwa penderitaan yang dialami selamanya adalah hukuman atas dosa. Memang benar bahwa Alkitab mengatakan bahwa manusia akan menuai apa yang apa yang telah ia tanam, dan kesusahan adalah konsekuensi yang wajar atas dosa. Tuhan bisa saja mengizinkan penganiayaan untuk membawa anak yang tersesat kembali kepada-Nya. Akan tetapi, dosa bukan satu-satunya penjelasan atas penderitaan yang dialami oleh orang percaya.
Kisah Ayub memberikan contoh kepada kita bahwa orang yang hidup benar tidak terlepas juga dari penderitaan. Jika orang percaya memahami bahwa penderitaan bukanlah satu-satunya hukuman atas dosa. Akan sangat menguatkan ketika kita dilanda kesusahan hidup kita ini sudah berkenan di mata Allah dan yakin bahwa kesulitan bukanlah hukuman dari-Nya.
Karena kita sebagai orang percaya kita harus mengenali penderitaan-penderitaan yang kita alami, sehingga kita tidak memiliki persepsi yang salah tentang penderitaan tersebut. Memastikan hidup kita benar di hadapan Tuhan juga merupakan hal yang sangat penting sehingga ketika penderitaan datang dalam hidup kita, kita menjadi semakin kuat karena kita tahu, Tuhan mengizinkan hal itu terjadi dalam hidup kita untuk memurnikan iman kita kepada-Nya.
memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatihnya
Ibrani 12:11