Seruan “Eli, Eli Lama Sabaktani” kepada Bapa menandakan Yesus merasa sendiri dan Bapa seolah meninggalkan-Nya. Yesus berseru tetapi Bapa seolah jauh tanpa memberikan pertolongan. Namun dalam situasi krisis kepercayaan itu Dia tetap menyerahkan nyawa kepada Bapa. Padahal seruan-Nya menyiratkan keterpisahan dengan Bapa. Ini berarti dalam krisis terendah, Yesus tetap mempercayai Bapa bersama-Nya. Kepercayaan sempurna dan penyerahan diri dipersembahkan-Nya kepada Bapa dalam ketaatan tanpa syarat.

Melalui peristiwa kematian Yesus di kayu salib, memberikan pendidikan mengenai percaya. Tuhan menuntut anak-anak-Nya untuk memiliki kepercayaan yang sempurna kepada Tuhan, bahkan dalam situasi tersulit ketika Tuhan seakan tidak hadir menyertai. Kepercayaan total kepada Tuhan ketika berada dalam krisis terendah adalah kepercayaan level tertinggi yang Tuhan kehendaki. Peristiwa ini juga mendidik orang percaya untuk selalu taat kepada kehendak Tuhan dan memberikan diri sepenuhnya bagi terwujudnya kerajaan Allah.

Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, Lama Sabaktani?” artinya: Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Matius 27:46