Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, seringkali kita hanya melihat kisah antara seorang anak dengan bapa yang sangat mengasihinya, namun kita mengabaikan sosok si sulung yang tidak senang akan tindakan bapa ketika adiknya kembali ke rumah.
Anak sulung melambangkan orang yang secara lahiriah terlihat taat tetapi hatinya terpisah dari Allah. Seperti orang Farisi dan ahli taurat yang menganggap diri mereka paling benar. Mereka hanya bisa mempersalahkan tanpa mengampuni.
Sikap anak sulung ini terkadang merupakan gambaran sikap kita. Kita merasa mendapat perlakukan tidak adil dari Allah. Kita seringkali hanya ingin mendapatkan banyak berkat namun tidak benar-benar mau hidup di dalam Allah. Sesungguhnya Allah adalah sumber segala berkat. Tidak akan ada gunanya jika kita memiliki banyak harta namun hati kita semakin menjauh dari Allah.
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Lukas 15:29