Berinteraksi merupakan suatu keunikan luar biasa yang Tuhan anugerahkan kepada manusia tetapi justru manusia sendiri sama sekali tidak menghargai dan mereka memilih untuk hidup di dalam suatu komunitas yang palsu dan melanggar esensi daripada komunitas yang sesungguhnya, hal ini mengakibatkan tatanan masyarakat menjadi semakin rusak. Kelakuan seperti ini telah dipraktekkan sejak awal kehidupan manusia yang diwakili oleh Adam dan Hawa.
Sejak manusia jatuh dalam dosa interaksi ini menjadi rusak bahkan hancur. Sejak saat itulah dunia selalu diisi dengan kecurigaan, ketidakcocokkan, prasangka, serta mengganggap segala sesuatu yang benar menjadi negatif sehingga tidak ada lagi hubungan yang indah. Namun lewat kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib, hubungan atau interaksi itu dipulihkan. Sebuah interaksi yang indah seharusnya di dalamnya terdapat ikatan pada pusat dan esensi dasar daripada interaksi tersebut, yaitu kebenaran Tuhan. Di dalam interaksi yang benar harus ada kasih, keadilan, dan kebenaran.
Oleh karena itu ketika kita menjalin relasi atau iteraksi dengan siapa pun hendaknya di dalamnya hubungan itu kita tambahkan kasih, keadilan dan kebenaran. Sebab jika tidak demikian maka interaksi yang kita bangun pada akhirnya akan hancur. Itulah sebabnya ketika mulai membangun interaksi dengan sesama sertakan Tuhan di dalamnya dan jadikan firman Tuhan sebagai landasan kebenaran dalam sebuah hubungan, maka kita akan mendapati hubungan itu menjadi hubungan yang indah.
Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Kolose 3:14 (TB)