
Sejak kecil Andi harus membantu ibunya untuk mengambil air di sungai. Jarak antara sungai dengan rumahnya begitu jauh, selain itu kondisi jalannya juga menurun. Setiap hari, dia membawa dua ember penuh air yang dikaitlan dengan kayu pada bahunya. Ketika hendak kembali ke rumah, kaki-kaki Andi harus mampu menyangga berat tubuh dan air yang dibawanya pada jalanan yang menanjak.
Selama bertahun-tahun ia harus hidup seperti itu, sampai pada suatu kali saat ia dewasa, ia menemukan selebaran info lomba. Dalam selebaran itu dikatakan bahwa peserta harus mampu memindahkan beban dengan sangat cepat melalui perbukitan. Tentu saja di perbukitan itu sangat banyak jalan-jalan yang menanjak. Andi pun mendaftar sebagai peserta.
Ketika lomba berlangsung, rupanya nama Andi keluar sebagai pemenang. Sebuah lomba yang tidak terlalu sulit baginya sebab otot-otot tangan dan kakinya telah terlatih selama bertahun-tahun. Rupanya kondisi hidupnya yang begitu susah di masa lampaulah yang kini menjadi sumber kemenangannya. Bagaimana hasilnya jika saat itu ia tidak menurut dan memilih untuk meninggalkan ibunya? Apakah ia akan menjadi pemenang dalam perlombaan?
Ya, masa-masa sulit kita sekarang ini sesungguhnya Tuhan izinkan untuk melatih agar kita semakin kuat. Ibu Andi juga tidak langsung memberikan ember yang besar sewaktu ia masih kecil. Ukuran ember selalu ibunya sesuaikan dengan tubuhnya. Begitu juga dengan Tuhan, pencobaan tidak akan pernah melebihi kekuatan kita. Tuhan akan selalu memberikan kekuatan agar kita mampu menghadapi kesulitan yang ada. Dan pada saatnya nanti, kita akan menerima upah dari kesabaran dan iman kita.
TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia.
Keluaran 15:2