Yesus sering berdoa kepada Bapa-Nya selagi Ia berada di bumi. Banyak sekali para murid menemukan Dia berdoa sendirian Ia memberi murid-murid itu pengarahan perihal berdoa, yang menunjukkan kepada kita bahwa Ia begitu terbiasa dengan doa sehingga Ia mengajarkan orang lain tentang hal itu juga. Satu peristimewa yang tidak mungkin kita lupakan sebelum Ia ditangkap ia berdoa kepada Bapa, karena begitu hebatnya tekanan yang Ia alami, ketika Ia berdoa peluhnya menjadi titik-titik darah. Penyelidikan ilmu kedokteran menunjukkan memang mungkin untuk berpeluh seperti titik-titik darah ketika mengalami penderitaan mental yang hebat. Yesus mengetahui kelemahan-Nya dan kebutuhan-Nya sebagai manusia, yang hanya dapat disampaikan kepada Bapa melalui doa. Ia ingin mengetahui Allah menyertai Dia dalam tugas yang sedang dihadapi-Nya. Yesus juga memahami bahwa doa dapat menolong Ia merasa dekat dengan Bapa.

Dibandingkan dengan Yesus siapakah kita ini. Jika kita lalai berdoa artinya tidak merasa mampu untuk menghadapi semua hal sendirian. Yesus yang adalah Allah telah memberikan teladan betapa pentingnya doa, mari kita mulai belajar untuk membiasakan diri untuk berdoa. Doa bukan hanya supaya kita bisa lebih lepas dari masalah yang kita hadapi, namun berdoa agar kita dimampukan untuk menghadapi apa pun yang menimpa kita. Yesus juga mengingatkan kita, dengan berdoa kita akan semakin dekat dengan Allah.

Kemudian dengan diiringi murid-murid-Nya, Ia meninggalkan ruang perjamuan itu dan seperti biasa pergi ke Bukit Zaitun. Di situ Ia berkata kepada mereka, “Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak ditaklukkan oleh cobaan.”
Lukas 22:39-40 (FAYH)