Tentu setiap kita pernah merasakan kegagalan. Perasaan yang muncul ketika gagal adalah kecewa, patah hati, putus asa, frustasi, marah, atau sedih. Hal itu wajar! Namun, firman Tuhan mengatakan bukan itu yang seharusnya menjadi respon kita sebagai orang percaya ketika mengalami kegagalan. Tuhan ingin kita menjadikan kegagalan sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan pendewasaan. Kitab Roma menasihatkan kepada kita, ketika kita mengalami hal-hal yang membuat kita sengsara itu akan menghasilkan buah-buah yang membawa kita kepada pengharapan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Kegagalan bukan akhir segalanya. Sebaliknya, kegagalan adalah permulaan dari hal baru yang lebih baik daripada yang kita jalani sebelumnya.
Karena itu jadikan kegagalan sebagai cambuk untuk kita semakin bertekun. Menilik apa yang salah di masa lalu, dan berusaha melakukan apa yang lebih baik saat ini. Dengan demikian, kita akan menjadi pribadi yang tahan uji. Lewat kegagalan, kita dilengkapi dengan bekal pengalaman agar siap menghadapi situasi sulit di kemudian hari. Ketika Anda tahan uji, Anda punya pengharapan akan keberhasilan dan kemenangan!
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Roma 5:3-5