Seperti perjalanan pernikahan tergantung pilihan; mau bahagia atau tidak. Pernikahan memang tidak selalu membuat orang bahagia, tetapi orang dapat membuat pernikahannya bahagia. Intinya di sini! Bahagianya sebuah pernikahan bergantung pada pilihan. Kebahagian terjadi karena ada usaha dari pribadi masing-masing. Kebahagian dapat tercipta ketika masing-masing pasangan mampu mengalahkan egoisme dan menjadi pribadi yang dibutuhkan pasangannya. Bahagia itu ketika masing-masing pasangan mampu mengalahkan ego, saling memahami, saling percaya, jujur dalam berkomunikasi dan tidak saling menyalahkan. Pernikahan menjadi tidak bahagia karena masing-masing lepas kontrol dan membiarkan kebahagiaan bersama hilang oleh napsu dan keinginan pribadi.

Itulah sebabnya setiap pasangan harus dapat mengendalikan dirinya masing-masing untuk dapat saling memahami, menerima dan mengalahkan kepentingan pribadi untuk kebahagian bersama. Dan firman Tuhan juga mengingatkan seorang suami harus mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat, kasih agape dan seorang istri harus menghormati suami seperti menghormati Kristus, ketaatan penuh. Karena itu setiap pasangan harus memiliki komiteman sehingga pernikahannya menjadi pernikahan yang bahagia. Bahagia atau tidak ada pilihan.

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Efesus 5:22, 25 (TB)